pandakibo.blogspot.com. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Pengkaderan Bagi Mahasiswa Baru (Tugas TKI)

Gianda Almyra Lois
10151017


Pengkaderan (pengaderan) adalah sesuatu yang mutlak diperlukan dalam sebuah organisasi atau sebuah badan atau juga dalam sebuah perusahaan. Perbedaannya hanya terletak pada persoalan metodologi. Pengkaderan (pengaderan) yang baik adalah pengaderan yang mampu menjawab tantangan zaman. Untuk itu metode pengkaderan dari tahun ke tahun mungkin saja berubah, jika dianggap tidak relevan lagi (tidak mampu menjawab tantangan zaman).

Pengkaderan itu sebenarnya sama dengan training/ pelatihan-pelatihan pada sebuah perusahaan. Pengkaderan dalam sebuah organisasi dan pelatihan-pelatihan pada perusahaan, keduanya sama-sama bertujuan untuk meningkatkan mutu SDM agar mampu menyesuaikan diri dengan iklim organisasi, dan di kemudian hari diharapkan mampu ikut memajukan organisasi maupun perusahaan.

Pengkaderan di organisasi adalah batu-batu loncatan yang dapat membuat kita berproses menjadi lebih baik jika kita berhasil melewatinya.

Pengkaderan juga berfungsi sebagai sarana memperkenalkan lingkungan kepada mahasiswa baru dan saling menggenal antar sesama mahasiswa baru (masa orientasi). Pengkaderan juga pada hakikatnya adalah sebuah hal yang penting di dalam suatu kelompok ataupun organisasi, agar kelompok atau organisasi tersebut dapat membentuk kader-kader baru yang berkualitas, yang tentunya kedepanya akan berguna bagi kelompok atau organsasi tersebut. Karena akan ada regenerasi yang baik di dalam kelompok atau organisasi tersebut karena banyaknya kader-kader yang berkualitas. Pengkaderan yang baik juga akan melahirkan kader-kader yang mempunyai disiplin tinggi dan komitmen yang kuat bagi organisasi atau kelompoknya.

Namun, akhir-akhir ini pengkaderan sudah sangat berubah. Pengkaderan yang seharusnya menjadi tempat pembentukan watak dan karakter mahasiswa baru, justru menjadi ajang balas dendam para senior kepada
mahasiswa baru dengan alasan karena mereka pun pernah mengalami hal yang sama. Lebih parahnya lagi pengkaderan terkadang menjadi ajang mempertontonkan kekuatan senior kepada mahasiswa baru, sehingga senior yang menjadi pengkader tak ubahnya seorang preman di mata para mahasiswa baru.
Ironis memang, pengkaderan yang seharusnya di penuhi dengan ajang aduh kualitas dan kreativitas, malah berubah menjadi ajang untuk balas dendam maupun untuk mempertontonkan kekuatan, yang pada ahirnya bukan mafaaat yang di peroleh melainkan justru kemudaratan. Munkan inilah yang kita dapat lihat dalam proses pengkaderan di Universitas Hasanuddin. Pengkaderan yang di harapkan menjadi ajang pembinaan mahasiswa baru, agar di dapatkan mahasiswa baru yang bukan hanya cerdas intelektual saja, tetapi juga cerdas emosional. Tetapi justru menjadi ajang balas dendam dan mempertontonkan kekuatan bahkan berujung pada kematian mahasiswa baru contohnya yang terjadi di tahun 2011, di mana seorang mahasiswa baru ”AWALUDDIN”. Mahasiswa fakultas Mipa jurusan Kimia ini harus merenggang nyawa karena kesalahan pengkaderan itu sendiri. Melihat lebih jauh bagaimana pengkaderan di fakultas hukum unhas, apakah sudah baik atau belum?
Maka jawabanya belum. Pengkaderan yang menurut dekan fakultas hukum bapak PROF.DR.ASWANTO,SH.,MH.,DFM. Bertujuan untuk melatih mahasiswa baru untuk disiplin dan juga agar terbentuk rasa saling memiliki antar sesama mahasiswa baru, ataupun antara mahasiswa baru dengan seniornya. Hal ini di maksudkan agar bentrokan dapat di hilangkan, namun justru sebaliknya.Di saat mahasiswa baru di minta agar menjaga rasa solidaritas, tetapi justru senior yang mempertontonkan hal yang sebaliknya. Di mana pada saat mahasiswa baru di suruh berkumpul, para mahasiswa senior mempertontonkan hal yang seharusnya tidak di lakukan oleh orang yang terdidik yaitu bentrokan, seperti yang terjadi pada hari selasa tanggal 25 september 2012. Dan masih banyak lagi praktek pengkaderan yang tidak mendidik. Seperti mahasiswa baru di wajibkan berpakaian yang tak ubahnya orang gila, mahasiswa baru di perintahkan saling menyakiti (menampar), mahasiswa baru di perintahkan membawa susu dan apel yang selanjutnya, bukan mereka yang menikmatinya, tetapi justru seniornya, mahasiswa baru di perintahkan membawa uang yang kemudian akan di kumpul oleh senior, dan masih banyak lagi praktek pengkaderan yang tidak mendidik.

Bagaimana pengkaderan yang ideal bagi mahasiswa baru?
Jika kita mencari bagaimana pengkaderan yang ideal bagi mahasiswa baru, maka kita perlu melihat dari tujuan dan esensi dari pengkaderan itu sendiri. Adapun tujuan dan esensi pengkaderan secara umum adalah sebagai tempat terjadi perkenalan, membuat mahasiswa baru lebih mengenal dengan dunia perkuliahan, membuat mahasiswa baru paham cara belajar yang baik di bangku perkuliahan, dan membuat mahasiswa baru paham dengan kondisi kampus. Jadi pengkaderan itu seharusnya lebih menitik beratkan pada bagaimana cara memperkenalkan dunia kampus kepada mahasiswa baru dengan cara yang elegan dan mendidik tentunya bukan dengan cara yang tidak mendidik maupun memaksa.

Pengkaderan yang ideal bagi mahasiswa baru juga harus sesuai dengan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu penggajaran, penelitian ,dan pengabdian kepada masyarakat. Oleh karna itu pengkaderan seharusnya menggedepankan bagaimana membuat mahasiswa itu mendapatkan ilmu yang berguna bagi mereka kedepanya, tetapi tidak harus memaksakan kehendak atau menggurui seseorang apalagi membentak. Tetapi lebih baik di melakukan Partner Divelopment dengan cara mengajak musyawarah atau sharing bersama maka mahasiswa baru pasti akan lebih suka, selain itu senior juga akan dapat ilmu dari sharing – sharing tersebut. Selanjutya pengkaderan itu harus membuat mahasiswa baru itu mau untuk melakukan yang namanya penelitian di mana senior harus memberikan contoh kasus kepada junior kemudian mahasiswa baru melakukan penelitian terhadap hal tersebut dan kemudian memaparkanya di depan teman-temanya. Sehingga banyak mafaat yang di peroleh oleh mahasiswa baru itu sendiri. Karna melakukan proyek penelitian sendiri dan kemudian memaparkanya. Dan selanjutnya mahasiswa baru harus di ajak turun kelapangan untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat. contohnya turun ke jalan membersihkan jalanan, memberikan edukasi kepada masyaraka, melakukan penggobatan geratis, dan masih banyak lagi bentuk-bentuk pengabdian lainya yang bermanfaat.
Pengkaderan juga harus membuat mahasiswa baru itu sendiri mengetahui fungsinya sebagai mahasiswa. karena sebagai mahasiswa bukan hanya mempunyai fungsi akademik tetapi juga banyak fungsi lain. Contohnya mahasiswa berfungsi sebagai agen of change (agen perubahan), social control (pengawal kebijakan pemerintah), moral force (teladan masyarakat). Tetapi semua itu harus di sampaikan dengan cara yang benar sehingga mahasiswa baru dapat mengetahui hakikat dan fungsinya sebagai mahasiswa. Sehingga setelah pengkaderan mereka dapat menggamalkanya.

Jadi,pengkaderan yang ideal itu harus sesuai dengan tujuan dan esensi dari pengkaderan itu sendiri, dan juga harus sesuai dengan tri darma perguruan tinggi. Dan yang terpenting pengkaderan harus memanusiakan mahasiswa baru bukan membuat sebuah robot mahasiswa yang selalu patuh pada seniornya. Dan untuk memanusiakan mahasiswa baru, harus di lakukan dengan cara yang manusiawi dan melalui proses pengalaman serta pengamalan yang mulia dan bertanggung jawab dan bukan melalui sebuah program pengkaderan yang penuh penyiksaan, tekanan dan doktrin.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

GLOBALISASI MEMBAWA KEMALASAN ATAU KEPRAKTISAN (?) by Christina Juniati

Globalisasi adalah sebuah kata yang sudah tidak asing lagi kita dengar di telinga kita. Karena globalisasi adalah salah satu faktor yang utama yang menyebabkan perubahan sosial yang ada di indonesia dan dunia pada umumnya. Teknologi saat inipun benar-benar canggih hingga apapun yang kita butuhkan dapat di lakukan dengan mudah dan praktis, hampir semua masyarakat Indonesia kini memiliki gadget, android, atau smartphone. Saat ini hampir semua hal dapat di dapatkan dengan mudah dan praktis, tidak perlu keluar rumah dengan menggunakan telfon genggam saja semuanya beres. Mau makan dengan menelfon delivery food makanan akan langsung di antar dan siap makan, mau belanja baju, sepatu, celana, bahkan peralatan dapurpun tidak perlu ke pasar cukup dengan menghubungi online shop barang yang kita inginkan akan di kirim sampai ke rumah, sekarang di mal-mal dan pusat perbelanjaan lainnya mereka menggunakan eskalator  dan elevator (lift). Meski ada tangga itupun hanya dipakai pada keadaaan darurat. Eskalator tersebut memanjakan pengunjung perbelanjaan karena kemudahannya. Pengunjung tinggal naik eskalator  tersebut dan otomatis terbawa ke lantai selanjutnya. Ini juga termasuk pemborosan energi, karena eskalator juga memakai listrik untuk menggerakkannya. Otomatis penggunaan listrik di negara ini terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penggunaan eskalator dan hal-hal  yang tidak perlu lainnya. Harusnya masyarakat tahu akibat-akibat yang ditimbulkan oleh penggunaan barang tersebut yang sangat tidak efisien. Penggunaan plastik sebagai pembungkus makanan atau barang lainnya. Plastik memang praktis, tapi plastik juga tidak ramah lingkungan. Karena alasan kepraktisan itu plastik tetap menjadi pilihan. Masyarakat harusnya mulai saat ini mengurangi atau bahkan menghentikan pemakaian plastik, karena saat ini sudah terlalu banyak plastik yang sudah tidak terpakai menumpuk menunggu untuk diurai selama berjuta-juta tahun, dan masih banyak lagi. Apakah ini yang disebut kepraktisan, atau mungkin inilah kemalasan ?
Globalisasi menurut Wikipedia encyclopedia adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan-perubahan dalam masyarakat (changes) dan dalam perekonomian dunia yang dihasilkan oleh meningkat pesatnya perdagangan dan pertukaran kebudayaan. Dewasa ini, seluruh masyarakat di dunia sedang mengagung-agungkan globalisasi. Termasuk masyarakat Indonesia, yang mulai terpengaruh dengan globalisasi di dunia. Menjadi masyarakat tunggal dan mengikuti sistem dan kaidah-kaidah yang sama. Jadi globalisasi adalah suatu tatanan mendunia Bukan tidak mungkin jika hal ini terus berlanjut, jati diri bangsa Indonesia akan hancur dan bangsa Indonesia tidak lagi memiliki identitas yang membedakan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Selamjutnya mengenai perubahan social, perubahan social adalah proses social yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsure-unsur budaya dan sistem-sistem social, di mana semua tingkat kehidupan masyarakat secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsure-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem social lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem social yang baru. Dampak globalisasi terhadap perubahan social dalam ada positif juga negatifnya, dalam hal positif misalnya adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju, dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Ada hal positif pasti pasti ada juga hal negatif yang di timbulkan dari globalisasi, misalnya perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah  dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk social, mengikuti perkembangan budaya barat juga salah satu dampak negative dari globalisasi karena meninggalkan budaya sendiri, apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain, hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.
Agar kebiasaan ini tidak berlanjut dan menyebabkan kondisi yang seperti telah dipaparkan di atas kita harus mulai menyadarkan diri sendiri agar tidak melakukan pemborosan-pemborosan lagi. Mulai menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya belajar dengan rajin dan bersungguh-sungguh. Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Sedangkan Perubahan social adalah proses social yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsure-unsur budaya dan sistem-sistem social, di mana semua tingkat kehidupan masyarakat secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsure-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem social lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem social yang baru. Namun dalam kenyataannya banyak dampak yang terjadi karena perubahan social dan globalisasi ini sehingga menimbulkan dua macam gerakan, yaitu gerakan pro-globalisasi dan anti globalisasi. Globalisasi disebut juga zaman transformasi global. Dimana secara garis besar mempengaruhi perubahan pada masyarakat terutama masyarakat indonesia yang berupa dampak positif dan dampak negative. Nah, jadi semua itu tergantung dari diri masing-masing mau mengikuti era globalisasi ini dalam jalur yang negative atau positif, hal-hal negative itu sebenarnya dapat dengan mudah kita pisahkan, dan kita tetap berpegang dalam hal-hal positif.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SEPTEMBER


Karya Cinintya Amalia
02 Februari 2010...
Aku Ristita Aulia. Biasanya aku dipanggil Tita. Aku masih duduk di bangku sekolah menengah atas tapatnya kelas duabelas. Pagi ini aku berangkat diantar oleh Candra. Dia yang murnya 4 tahun diatasku baru saja menjadi pacarku semalam... hehehe. Setelah sarapan aku mendengar suara motor Candra didepan rumah baru saja tiba, aku langsung berpamitan dengan kedua orang tuaku.

Enam bulan kemudian...
Ini hari Sabtu sekolah ku libur. Aku asing mengotak-atik handphoneku, tiba-tiba ada bbm masuk, langsung ku buka pesannya "Aku jemput kamu jam satu" hanya itu. Aku tak membalasnya, kulihat jam di dindng kamar sudah menunjukan pukul 11.46. Langsung aku bergegas ke kamar mandi, mempercantik diri di depan cermin, memoles wajah serupawan mungkin dan memberikan wewangian segar keseluruh tubuhku. Mama memanggil dari lantai atas. "Tita, ada Candra nih...". "Iya ma, tunggu sebentar" Aku membalas. Candra dan keluargaku memang sudah semakin dekat, akusenang Candra dapat berbaur dengan semua keluargaku.
September
Aku menghampiri Candra. "Udah siap?" Sapa Candra lembut. Aku mengangguk. "Ma, aku pergi dulu yah.." Aku ijin pada mama. "Bu, Candra sama Tita pergi dulu yah..." susul Candra, sopan.

Aku tak tahu ingin dibawa pergi kemana siang ini. Motor Candra berhenti didepan gedung berwarna biru, gedung untuk menonton opera. Itu yang ku baca dari papan di depan gedungnya. Candra tak banyak bicara siang itu, dia merangkul tanganku memasuki gedung itu. "Tunggu sini yah aku beli dulu tiket masuknya" ucap Candra. Candra kembali dengan dua tiket ditangannya. Tak banyak waktu yg dibuang kita langsung masuk di studio. Sepertinya kita agak sedikit terlambat. Ditengah pertunjukan Candra mengecup keningku dan sedikit berbisik di etelingaku "selamat enam bulan sayang". Aku tersenyum dan memeluknya dari samping dan berkata "i love you". "I love you too" balas Candra.

Semenjak Februari lalu aku dan Candra bahagia. Kami saling menjaga dan saling menutupi kekurangan masing-masing. Candra telah memberikan banyak pelajaran padaku. Candra sosok yang baik, dewasa dan hangat. Mungkin ini bisa dibilang cinta pertamaku. Aku bahagia bersamanya.

16 Februari 2011 pukul 00:00
"Happy Birthday sayang..." Candra memberikan kejutan tengah malam dirumahku lengkap dengan 19 tangkai mawar merah yang disesuaikan dengan umur baru ku, dan cake coklat caramel non cream yang cantik dan lezat tentunya. "Makasih sayaaang..." Aku memeluknya. Candra mencium keningku. Aku merayakan hari ulang tahunku tengah malam itu bersama keluarga dan pacarku yang baik hati dan perhatian. Sepertinya keluarga ku dan Candra memang sudah sekongkol untuk merencanakan semua ini, terbukti kalau saat itu hanya aku yang terkejut.

Sore hari diulang tahun ku Candra datang kerumah, memberikanku boneka beruang besar berwarna pink dan sebuah novel teenlit tentang cinta. "Yaampun yang kamu tuh baik banget sih, kan semalem udah dikasih surprise akunyaaa..." ucapku sambil memeluk boneka pemberian Candra. "Kan kadonya belum yang..." sahutnya lembut penuh cinta.

Tahun lalu juga Candra seperti ini baiknya. Aku bahagia bersamanya. Kami selalu dapat membuat suasana menjadi nyaman ketika bersama. Aku senang jika Candra senang, dia jga selalu memperkenalkan ku pada semua teman-temannya, Candra ini suka sekali dengan sepak bola. Dan dia sangat menyukai club bola Arsenal. Aku berencana memberikan hadiah ulang tahun jersey Arsenal tahun ini untuknya.
***

Ting Tong...
Bel rumah berbunyi, kulihat mama sudah membukakan pintu. Sspertinya jasa pengiriman barang. Mama kembali kedalam sengan sebuah barang ditangannya. "Ta, ada kiriman nih buat kamu..." mama memberikan barang itu padaku. "Asik, ternyata lebih cepat dari yang ku bayangkan sebelumnya" Aku kegirangan. "Seneng banget nih kamu, emang apa sih isi barangnya, Ta?" Mama penasaran. "Ini loh mah aku pesen jersey Arsenal sama temenku untuk ultah Candra nanti. Aku juga udah buatin dia baner foto mah, aku sengaja kumpulin photo-photo orang yang gak kenal sama Candra untuk berfoto sambil pegang tulisan Happy Birthday ke Candra. Keren kan mah?" jelas ku panjang lebar. "Keren banget Ta... Memang Candra Ultah kapan?" tanya mama. "Akhir Oktober mah" asku sambil tersenyum. "Yaampun Titaaa... Oktober kan masih 3 bulan lagi sayang..." mama tertawa geli melihat tingkahku. "Ya kan kalo nanti Tita rencanain pas deket hari malah jadi ketahuan Candra mah, mama kan tau sendiri Candra sama aku bareng-bareng mulu... Biar gak dia gak curiga mah" Aku memeluk manja mama.

September 2011...
Semalam aku bertengkar dengan Candra, sepertinya dia marah sekali padaku. Paginya aku harus pergi keluar kota bersama keluargaku. Aku belum sempat menyelesaikan masalahku dengan Candra. Sekitar pukul 11.00 aku mendapatkan pesan singkat yang cukup ngembuat hati ini bergetar. Candra memutuskan hubungan kami dengan sepihak, aku tak dapat berkata apa-apa dengan semua ini. Aku hanya menahan tangisanku dalam hati, aku tak ingin membuat semua keluargaku khawatir dengan keadaanku saat ini. Setelah saat itu aku mencoba menerima semuanya. Aku mencoba membuat hatiku tenang dalam perubahan dalam hidupku. Setiap malam hanya sosok Candra yang mendatangiku lewat mimpi yang menyakitkan, mimpi yang mengulas lagi kejadian ketika dia meninggalkanku.

July 2013...
Aku tahu Candra tengah bahagia dengan kebahagiaan barunya. Dia telah bersanding dengan kekasihnya di pelaminan. Aku ingin berteriak, penyesalan selalu datang memperolok ku. Aku sudah sering kali mencoba untuk selalu membahagiakan diriku sendiri tapi mimpi itu selalu saja menghampiriku dengan semua tangisan disetiap malamnya. Aku terlalu dibuat sakit olehnya, sakit yang ku rasakan belum tentu ia rasakan selama hampir tiga tahun ini.

Siang ini aku menghabiskan waktuku di toko bku sambil mencari nvel-ovel yang bisa aku baca dan dapat membantuku untuk melupakan sosoknya sejenak. Mataku masih sibuk dengan deretan buku yang tak sedikit. Aku melihat judul buku yang menarik, judulnya "September". Aku segera menghampiri buku itu dan membayarnya agar dapat kubawa pulang. Ketika aku hampir meraih buku itu ada tangan lain yang turun merahnya. Yaps... kami memegang buku yang sama. "Sorry ini saya duluan yang liat" ujar sosok laki-laki yang memeliki tangan lain itu. "Darimana kamu tahu kalau hanya kamu yang melihatnya? Aku juga lihat kok" aku tak mau kalah. "Yaudah biar adil kita tanya aja penjaganya untuk stok buku ini untuk kita" dia membawaku pergi mendekati penjaga toko. Tangan kami masih sama-sama memegang buku yang sama.
"Maaf mba-mas buku ini hanya tinggal satu stoknya, akan restok pada bulan depan." jelas si penjaga.

Aku dan laki-laki itu saling bertatapan, tanda untuk memperjelas semuanya.
"Yaudah gini aja, bukunya kamu baca dulu sampai habis nanti kalau sudah habis kamu kasih tau aku yah..." ujar laki-laki itu. Aku terdiam sekejap melihat soso yang tadinya tak mau mengalah ini akhirnya mau memberikan buku itu padaku. "Hellooo...." laki-laki itu membuyarkan lamunanku. Aku tersadar. "Kamu dengerkan apa yang aku bilang tadi?" tanyanya lagi.
"Iya sorry... aku denger kok. Oke nanti kalo udah selesai aku kasih tahu kamu." aku singkat.
"Sip deh kalo gitu, ini nomor telponku. Nanti kalo udah selesai kamu telpon aja nanti aku ambil bukunya." Laki-laki itu memberikan kartu namanya.
"Oke, kamu yang bayar yah..." Aku meninggalkannya.
"Hey nama kamu siapa??" sedikit berteriak sambil memberikan uang pada kasir untuk membayar buku yang telah aku bawa.
"Tita... Terima kasih yah" Aku sedikit melambai padanya. Dia hanya tersenyum padaku. Tersenyum manis. Dan disanalah kisah baru ku dimulai...
PROFIL PENULIS
Nama : Cinintya Amalia
Ttl : Jakarta, 17 February 1992
Facebook : Cinintya Amalia
Email : cinintyaamalia@yahoo.com
Twitter : @cininlia
Blog : celotehcnintya.blogspot.com

Terima kasih kamu sudah berkenan membaca tulisanku ini. Semoga maksud dan tujuan dari cerita ini tersampaikan dengan baik pada kalian. Salam kenal yah...
No. Urut : 1397
Tanggal Kirim : 16/07/2013 16:57:56

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Rahasia Hati Sang Pengagum

Karya Ardhian, S.Sos
Dalamnya lautan dapat diduga, tapi dalamnya hati siapa yang bisa tahu? Siapa yang bisa ukur? Itu hanyalah sebuah ungkapan dan pepatah lama ini sudah sering kita dengar. Kita memang sulit untuk membaca hati seseorang, apakah ia suka sama kita atau tidak? Apakah ia perhatian sama kita atau tidak? Apakah ia benci sama kita atau tidak? Mungkin hanya dengan bahasa hati pula kita bisa membaca hati seseorang. Atau mungkin juga, kita bisa membaca hati seseorang melalui prilakunya, perkataannya atau melalui sikapnya terhadap kita. Itupun nggak bisa menjamin seratus persen.

Dilema masalah hati inilah yang sedang dihadapi oleh Elena sekarang. Dia begitu mengagumi Rangga temen sekelasnya, sementara dia pun tahu kalau Riri temen dekatnya juga begitu mendambakan Rangga. Sedangkan Rangga sendiri kelihatannya biasa-biasa saja. Akan tetapi perasaan hati yang sedang bergejolak ini tidak pernah diketahui oleh kedua sobatnya. Elena pun takut kalau hal ini akan diketahui oleh Riri. Dia takut kalau perasaan hati Riri akan hancur, jika ia ungkapkan perasaan hatinya kepada Rangga. Ia tidak mau menhancurkan persahabatannya dengan Riri.
Rahasia Hati Sang Pengagum
Elena menyadari kekurangannya. Dia nggak begitu cantik, orangnya rada hitam tapi dia manis juga kok. Elena juga menyadari kalau dirinya tidak seputih dan secantik Riri. Riri juga orangnya begitu gaul, agresif dan ceria, sedangkan dirinya termasuk orang yang nggak begitu gaul dan sedikit tertutup. Makanya ia tidak berani mengungkapkan isi hatinya kepada Rangga. Ia hanya bisa mengagumi dan berkhayal jika kelak Rangga tahu isi hatinya (Ya, nggak mungkinlah, Len. Mana mungkinlah Rangga tahu isi hatimu, kalau kamu sendiri nggak pernah bicara dan tertutup).

Untuk mengungkapkan semua perasaan hatinya, Elena hanya bisa mengekspresikan melalui puisi-puisi yang sering ditulisnya. Puisi-puisi itu sering ditempelkannya di mading sekolah tanpa disebutkan siapa penulisnya. Sehingga temen-temennya di sekolah tidak pernah tahu siapa penulis puisi misterius itu. Anehnya ia tidak pernah berharap, jika kelak Rangga akan tahu kalau puisi-puisi itu adalah tulisannya yang memang ditujukan untuk Rangga.

Puisi-puisi yang ditulis oleh Elena selalu membuat temen-temen yang membacanya menjadi senang dan mengaguminya, sehingga puisi-puisi dan penulis yang misterius itu menjadi perbincangan di sekolah.
”Ngga, pasti orang yang menulis puisi ini lagi jatuh cinta dengan seseorang, karena dari isinya menggambarkan kalau si penulis sedang mengagumi seseorang,” kata Randi suatu hari berkata pada Rangga. ”Tapi siapa penulisnya? dan siapa yang dikaguminya? kita nggak pernah tahu,” lanjut Randi pula.
”Iya, gua juga suka dan puisinya begitu menyentuh hati,” jawab Rangga yang nggak tahu kalau puisi itu ditulis dan hanya ditujukan oleh Elena untuk dirinya. ”Sayang Sekali kita tidak pernah tahu siapa orangnya, padahal mading kita sangat membutuhkan orang yang seperti penulis puisi misterius ini. Mading kita sangat membutuhkan orang-orang yang sangat peduli dengan mading sekolah, guna menghidupkan kembali mading sekolah yang seolah sekarang ini sudah sepi dan tidak ada lagi yang peduli. Bila suatu saat kita tahu siapa orangnya dan siapapun dia, gua sangat berharap dia mau menjadi pengurus mading sekolah, biar mading ini bisa semarak kembali nggak melempam seperti sekarang minus dengan kegiatan,” lanjut Rangga.

Seperti biasa ketika jam sekolah baru dimulai, sepanjang jalan Ki Hajar Dewantara selalu dipadati anak-anak sekolah, begitu juga ketika jam sekolah sudah berakhir. Karena wilayah ini memang menjadi pusat konsentrasi pendidikan. Sehingga sepanjang jalan ini selalu ramai dan rada macet. Umumnya mereka berjalan nggak memperdulikan pengguna jalan lain terutama kendaraan yang melewati jalan ini. Ditambah lagi disepanjang perjalanan, mereka selalu bercanda dan tertawa tanpa memperdulikan keselamatan diri mereka masing-masing. Termasuk juga Riri dan temen-temennya seperti si Oni yang selalu heboh, Teo si Jail, Rangga dan Elena. Mereka biasanya akan terus berjalan dan baru berpisah setelah menemukan angkot yang jurusannya menuju tempat tinggalnya.
”Oke, sampe ketemu besok ya,” kata Oni pada Riri, Elena dan Rangga.
”Gua juga ya. Gua cabut duluan, Ngga,” kata Teo sambil melambaikan tangan pada temen-temennya menyusul dibelakang Oni yang sudah duluan naik angkot. Mereka berdua emang kebetulan satu jurusan dan rumah mereka pun saling berdekatan, sehingga mereka sering pergi dan pulang sekolah bareng.
”Oya, Ri, ntar sore temenin gua ke toko buku ya? Gua mau cari majalah,” kata Elena kepada Riri.
”Gua ikut dong,” kata Rangga pula.
”Baiklah kalau begitu, gua mau aja. Tapi jemput gua dong,” jawab Riri.
”Iya deh. Pokoknya tunggu aja di rumah, ntar gua meluncur,” jawab Elena.
”Oya, Ri, rumah Elo tu jauh kan? Gua jemput Elena dulu, kemudian kita berdua baru ke rumah lo,” kata Rangga.
Mendengar Rangga mau menjemputnya, Elena menjadi berdebar-debar. Ada sesuatu yang bergejolak di dalam dadanya dan getaran itu sangat kencang banget. Sebab selama ini Rangga nggak pernah menjemputnya, makanya ia sedikit menjadi nervous. Jangankan berjalan berdua, menatap wajahnya saja Elena selalu berdebar-debar, walaupun selama ini mereka selalu jalan bersama. Mereka bertiga selalu jalan bareng, apalagi Riri sangat seneng bila selalu dekat dengan Rangga.

Tepat pukul 16.00 wib, Rangga tiba di rumah Elena, yang emang sudah dari tadi menunggunya dengan perasaan berdebar-debar. Kemudian mereka berdua pun langsung meluncur ke rumah Riri. Sepanjang perjalanan di dalam hati Elena selalu berdebar-debar nggak karuan, sebab selama di dalam angkot Rangga selalu memegang tangannya. Sementara Rangga nggak tahu apa yang sedang bergejolak di hati Elena. Elena pun banyak diamnya dan hanya sesekali berbicara, itu pun bila ditanya Rangga.
”Kok kamu diam aja sih, Len? Emangnya ada masalah?” tanya Rangga yang mencoba mengusik untuk membuka kebisuan Elena.
”Tidak ada apa-apa,” jawab Elena singkat. Padahal ada masalah yang cukup besar di dalam hatinya. Kemudian Elena kembali hanya tersenyum dengan senyumnya yang emang manis.
”Kalo udah dapet majalah yang kamu cari, kita langsung cari makanan dan minum aja ya?” lanjut Rangga lagi.
”Baiklah,” jawab Elena melalui suaranya yang lembut itu dan sepertinya begitu mahal untuk dikeluarkan.
Tak beberapa lama kemudian, mereka pun tiba di rumah Riri. Rupanya saat itu Riri masih lagi belon siap. Dia baru aja selesai mandi dan saat ini lagi dandan sedikit biar terlihat menarik, soalnya ia ingin Rangga melihatnya selalu cantik.
Selanjutnya mereka bertiga pun meluncur ke toko buku yang mereka tuju. Setelah itu mereka bertiga pun mencari makanan dan minum untuk nyantai. Sesekali mereka bercanda dan tertawa, terutama Riri dan Rangga. Tapi selama dalam perjalanan, di dalam hati Elena ada sedikit rasa cemburu, walau selalu dicobanya untuk dibuang jauh-jauh rasa itu. Siapa yang nggak cemburu, kalau selama diperjalanan Rangga dan Riri selalu mesra, bermanja ria, saling berpegangan tangan. Seolah-olah mereka berdua lupa kalau mereka saat itu lagi bertiga.

Riri memang selalu senang disisi Rangga dan dia yang selalu agresif mendekati Rangga. Padahal Rangga menganggap Riri dan Elena temenan aja, tapi Riri tidak mau begitu, ia menganggapnya lain. Disisi lain Elena pun secara diam-diam menyimpan perasaan lain pula dengan Rangga.
Sampe pada suatu hari, Rangga ngga bisa lari dari gencarnya kejaran cinta Riri. Sehingga dia berada pada posisi yang sulit, sebab dia nggak mau persahabatan mereka bertiga akan berubah menjadi tidak harmonis lalu menjadi retak. Rangga pun sebenarnya nggak begitu menaruh hati pada Riri, ya karena persahabatan tadi. Tapi siapa pun manusianya kalau selalu dikejar oleh cewek, apalagi kalau yang mengejar itu cewek cantik pastilah akan tergoda juga. Apalagi cewek itu Riri yang emang cantik, cowok mana sih yang nggak terpikat. Kagak dikejar aja udah banyak yang ngantri untuk menggoda.
Lelaki itu ibarat kucing, kalau udah melihat ikan, laper nggak laper selalu aja pingin nyolong tuh ikan. Kalau sang ikan lagi ada tuannya, si kucing pura-pura malu kucing (dasar kucing) sambil menunggu kelengahan sang tuan untuk mengambil tuh ikan. Tapi coba kalau nggak ada tuannya, habis deh tuh ikan. Apalagi kalau tuannya sendiri yang memberikan ikannya, alangkah senangnya sang kucing.

Suasana inilah yang sedang dihadapi oleh Rangga, dia sedang disodorkan sepotong ikan cinta dari tuannya. Tapi ia tidak seperti kucing tadi. Dan itu bukan berarti dia lelaki yang tidak normal. Tapi kali ini posisinya lain, dia sangat menghargai wanita dan menjunjung tinggi persahabatannya. Emang sifat, watak dan hati seseorang tidaklah sama. Rambut boleh sama hitamnya, tapi isi hati beraneka ragam. Ya ibarat pepatah tadi dalam laut bisa diduga, dalamnya hati tak bisa diduga.
”Rangga?” kata Riri suatu hari ketika sedang berada di dalam kelasnya dan saat itu kebetulan hanya mereka berdua isinya.
”Ada apa sih? Seperti ada sesuatu yang serius aja,” tanya Rangga.
Riri terus mengetukkan penanya ke meja dan sesekali menggigit ujung penanya untuk menutupi nervousnya. ”Sebenarnya perasaan ini sudah lama ingin aku ungkapkan pada kamu. Saat ini gua pikir adalah saat yang paling tepat untuk aku katakan. Sebenarnya aku……aku sayang kamu, aku……cinta banget sama kamu, Ngga,” kata Riri dengan rada gugup.

Rangga sama sekali nggak menyangka dengan ucapan Riri. Sama sekali nggak pernah terlintas dalam benaknya hal itu akan terjadi. Rangga seperti kesamber petir, ia seperti mau jatuh aja dari berdirinya. Dia nggak menyangka kalau kata-kata itu yang akan diucapkan Oleh Riri untuk dirinya.
”Ri, apa aku nggak salah denger? tanya Rangga sedikit bingung lalu terdiam sejenak dan begitu pun Riri hanya terdiam. ”Gua sudah menganggap kita selama ini hanya temenan aja, nggak lebih. Gua Takut, Ri. Gua takut kalau kita lebih jauh akan merusak persahabatan kita, kamu dan Elena.”
”Gua ngga bisa, Nggak. Gua nggak sanggup menahan perasaan ini. Aku ingin kamu menjawab yang jujur dan aku mau jawabanmu sekarang,” kata Riri memaksa.

Rangga jadi serba salah, disatu sisi ia takut menyakiti hati temennya yang lain yaitu Elena, disisi yang lain ia takut persahabatan mereka bertiga akan merenggang. Elena bagaimana? Pikirnya.
”Ri, gua sayang sama kamu juga sama Elena. Kalian sahabat-sahabatku yang baik. Aku sangat menjunjung tinggi persahabatan kita, tapi kalau pun itu harus terjadi dan kita jalani asalkan tidak merubah suasana persahabatan kita. Seandainya itupun terjadi, gua nggak mau Elena mengetahuinya. Aku harap kamu bisa memaklumi.”
”Makasih Ngga. Gua siap menjalaninya,” jawab Riri penuh keyakinan padahal Rangga belum memutuskan apa-apa.
Setelah terdiam beberapa saat dan dalam keadaan perasaan berat dan pikiran bercabang, Rangga pun mengangguk pelan dan pasrah. Dalam hatinya ia tidak mau menyakiti hari Riri. Sementara di dalam hatinya sulit untuk mengatakan yang sebenarnya. Elena bagaimana? Bagaimana kalau ia tahu? Pikirnya lagi.
Lebih kurang tiga bulan sudah mereka menjalani perjalanan cinta ini. Boleh dikatakan cinta terlarang atau backstreet buat persahabatan mereka bertiga. Tanpa disadari mereka telah menodai putihnya persahabatan mereka, terutama terhadap Elena.
Sebenarnya perjalanan cinta yang mereka jalani tidaklah berimbang dan berat sebelah. Rangga nggak begitu sepenuhnya mencintai Riri. Dia lebih senang kalau mereka jalan bareng seperti temen ketimbang pacaran.
Selama lebih kurang tiga bulan itulah akhirnya kecurigaan Elena pun muncul. Elena mengetahui kalau Rangga dan Riri pacaran. Betapa hancur hati Elena saat itu, tapi ia selalu berusaha menyembunyikan dan tidak ingin mereka mengetahuinya. Dia tidak ingin mengganggu persahabatan mereka hanya karena masalah cinta. Dia berusaha untuk selalu tegar, walaupun di dalam hatinya hancur dan kecewa yang teramat sangat. Perih!
Apa yang selama ini ditakut-takuti oleh Rangga benar-benar terjadi. Elena mengetahui hubungannya dengan Riri. Emang sulit untuk menyimpan rahasia ini pikirnya. Ya ibarat sebuah pepatah ”sepandai-pandai kita menyimpan kebusukan suatu saat pasti akan tercium juga.”
Memang persahabatan mereka tidak terganggu, tapi ada sedikit pergeseran walau itu sangat tipis dan sulit terlihat namun bisa dirasa.

Akhirnya Rangga pun tak sanggup untuk bertahan dengan suasana seperti ini. Dia tidak ingin membiarkan suasana yang sudah tidak enak ini terus berlanjut. Rangga pun berbicara pada Elena, ketika mereka berdua lagi istirahat di kantin sekolah. Dia tidak ingin mendiamkan dan menyimpan rasa bersalah ini.
”Maafkan aku, Len. Gua terpaksa, gua tidak sanggup menolak dan gua tidak sanggup menyakiti perasaan hati Riri. Lebih jauh aku takut persahabatan kita akan hancur. Aku yakin kamu mau mengerti,” kata Rangga berterus terang agar Elena tidak tersakiti.

Kamu nggak tahu Ngga kalau justru hati aku yang hancur. Kamu mau tahu yang sebenarnyta, Ngga? kalau aku pun begitu mengagumi kamu. Kamu nggak tahu kalau aku juga kecewa bisik hati Elena.
”Aku mengerti, Ngga. Aku harap kamu bisa membahagiakan Riri, jangan kamu sia-siakan dia,” jawab Elena sambil mencoba tegar dan tabah walau sebenarnya dihatinya tidak setegar kenyataannya.
Walaupun ada jawaban yang begitu bijaksana dari Elena, Rangga sebenarnya dapat merasakan apa yang ada di dalam hati Elena. Karena dari tatapan wajahnya tersirat sesuatu perasaan yang lain. Dia dapat membaca itu dan itu tidak bisa dipungkiri hatinya.

Waktu terus berlalu, hari pun berganti hari. Enam bulan berikutnya ternyata Elena tidak tahan juga, dia tidak sanggup lagi mempertahankan ketegaran hatinya. Dia berharap dengan berlalunya waktu dan bergantinya hari bisa menghapus semua itu, tapi ternyata tidak. Akhirnya jalan yang diambil untuk melupakan perasaannya itu, ia memutuskan untuk pindah sekolah. Ia pun pindah sekolah ke kampung eyangnya. Eyang pun begitu senang mendengar Elena mau sekolah dan tinggal bersamanya di kampung.

Mendengar kepindahan Elena, Rangga dan Riri sangat menyayangkan dan merasa kehilangan. Namun mereka tidak bisa menahan keputusan Elena tersebut. Ia tidak tahu mengapa Elena tega meninggalkan cerita indah persahabatan mereka.
”Kalau itu keputusan kamu, aku pun tidak bisa menahanmu. Tapi aku harap kamu tidak melupakan kami disini, kamu tidak melupakan persahabatan kita yang terlalu indah bagiku untuk kamu tinggalkan,” kata Rangga.
”Suatu saat aku berharap, kamu akan selalu ingat untuk pulang kembali kesini dan jangan lupa kirim kabar kepada kita,” kata Riri berharap.

Ketika jam pelajaran usai, Elena pun berpamitan kepada teman-temannya. Itu adalah hari terakhir ia bersama dengan teman-temannya di sekolah itu.
”Buat temen-temenku yang sangat baik-baik, aku mohon maaf kalau kita harus berpisah karena kepindahanku. Aku mohon maaf bila dalam persahabatan selama ini ada sesuatu kurang baik dari aku, baik ucapanku atau perbuatanku selama ini. Aku mohon pamit dan mungkin ini hari terakhir kita bersama. Aku harap kalian tetap kompak dan belajar yang rajin tentunya,” kata Elena yang akhirnya tak mampu menahan sedih di dalam hatinya yang harus terpaksa berpisah dengan teman-temannya. Sedih itu pun berujung menjadi sesak yang akhirnya meledak menjadi isak tangis. Elena pun menangis.
”Jangan lupakan kami ya, Len,” kata Oni ikut terharu sambil memeluk Elena, yang kemudian diikuti oleh Riri.
Setelah itu akhirnya mereka pun pada pulang, tetapi ketika Rangga dan Riri yang kebetulan agak belakangan pulangnya mau melewati bangku yang selama ini diduduki oleh Elena, mereka menemukan buku harian Elena yang tertinggal. Namun sayang ketika Rangga mau mengembalikannya, Elena keburu sudah jauh dan tidak kelihatan lagi.
Betapa kagetnya Rangga dan Riri saat membaca buku harian itu. Ternyata penulis puisi misterius selama ini adalah Elena. Itu terbukti dari puisi yang selama ini ada di mading sekolah terdapat pula di dalam buku hariannya. Akan tetapi, yang lebih mengagetkan lagi dan membuat sesak nafas Rangga adalah namanya terukir di dalam buku harian itu. Dia begitu mengagumi Rangga. Riri dan Rangga hanya saling berpandangan dan dari tatapan mereka seolah berkata kalau mereka telah berdosa, apalagi Rangga. Mereka nggak percaya dengan apa yang telah mereka lihat.

Riri baru menyadari akan sikapnya selama ini, ia merasa begitu menyesal dan berdosa setelah membaca buku harian Elena itu. Ia baru sadar kalau kepindahan Elena karena dirinya, karena hubungannya dengan Rangga.
”Aku nggak bisa biarkan ini terjadi, Ngga. Aku nggak mau Elena kecewa. Aku nggak mau persahabatan kita juga hancur hanya karena keegoan aku. Kamu harus menemui Elena dan menyatukan cinta kalian, Ngga,” kata Riri sambil tersedu-sedu dipelukan Rangga.
”Iya, aku akan menyusul Elena,” jawab Rangga.
”Kita tak bisa jalan bersama, selain sebagai teman. Aku sadar kalau aku terlalu memaksa. Aku menyadari tak bisa memiliki semua cintamu bahkan dirimu. Aku rela kita berteman aja. Aku yakin kontak bathin kamu dan Elena begitu kuat, walaupun kalian tidak menyadari. Demi sahabatku aku rela,” lanjut Riri.
Cinta emang nggak bisa dipaksakan, dia akan hadir dan tumbuh dengan sendirinya. Kapan dan dimana dia akan hadir tidak pernah kita ketahui, begitu pun kapan dia akan pergi tidak akan pernah kita tahu.

Maafkan aku, Elena. Ternyata selama ini kamu memperhatikan aku. Aku tidak tahu kalau selama ini didekatku ada sebuah mutiara yang begitu berharga dan indah, ada bidadari yang begitu mencintaiku, bisik hati Rangga.
Besoknya Rangga pun langsung meluncur ke rumah Elena, tapi sayang Elena sudah keburu berangkat menuju stasiun kereta. Rangga pun bergegas mengejar ke stasiun tapi sesampai di stasiun, kereta yang membawa Elena sudah berangkat. Ia hanya bertemu dengan Ibu dan Ayahnya Elena yang ikut mengantarkan Elena ke stasiun.
Rangga pun pulang dengan perasaan hampa dan menyesal. Elena oh Elena, mengapa kau pendam perasaan hatimu karena hanya untuk membahagiakan temanmu. Begitu besar jiwa dan hatimu Elena, gumamnya dalam hati.

Malam setelah keberangkatan Elena, betapa terkejutnya Rangga dan Riri, apalagi orang tua Elena. Kereta api yang membawa Elena menuju kampung eyangnya bertabrakan dan banyak merenggut korban jiwa, termasuk Elena. Berita tentang meninggalnya Elena baru diketahui beberapa jam setelah kejadian itu. Ibu Elena yang mendengar berita itu langsung pingsan, sedangkan ayahnya berusaha tegar walaupun air matanya terus mengalir deras.

Sementara itu, Rangga sangat menyesal, ia pun tak sanggup menahan duka itu. Ia pun menangis dan tak sanggup menahan air matanya. Maafkan aku Elena, aku terlambat, aku berdosa padamu. Selamat jalan sayang. Aku juga sangat menyayangimu. Semoga kamu lebih bahagia disana dan kuharap kamu mendengarkan suara hatiku.
PROFIL PENULIS
Penulis : Ardhian, S.Sos.
TTL : Kuala Tungkal, 25 Desember 1967.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah dan mempunyai 2 Putri Yang Cantik-cantik
Pekerjaan : PNS di Pemkab Tanjung Jabung Barat - Jambi
Alamat : Jl. Cendana No. 45 RT. 17 BTN Manunggal I Kel. Tungkal II Kuala Tungkal Jambi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sampai Kapan Aku Harus Menunggu

Karya Elisabeth Cecilia
Disini, di bawah sinar rembulan. Aku selalu menunggunya, menunggu dia yang aku cintai. Walaupun sia-sia saja penantian ini.

Aku seorang yang bisu. Bisu dalam cinta. Tak pernah aku ungkapkan rasa rinduku padanya. Bahkan hanya air mata yang keluar dari mataku ketika mengingatnya.
Dulu aku dan dia selalu bersama di dalam sebuah persahabatan. Di masa susah dan senang. Tak pernah kita terpisah. Hingga pada suatu saat aku harus menerima kenyataan pahit bahwa dia harus berpisah dariku.

Belanda. Dia di Belanda. Di sebuah negara yang membuat dirinya sendiri damai. Membuat kebebasan mutlak bagi dirinya sebagai seorang gay. Mungkin semua orang berpikir bahwa aku ini wanita bodoh yang tidak bisa mencari seorang pria sejati. Tidak! Aku tegaskan pada kalian! Dia pria sejati dimataku. Dia sosok yang tegas. Dialah yang membuatku merasa berbeda.
Sampai Kapan Aku Harus Menunggu
Selama kami bersahabat. Tak pernah aku lihat dia menyukai sesama jenisnya. Bahkan semua orang menganggap kami sebagai sepasang kekasih. Kami bersahabat semenjak kami duduk di bangku SMA. Entah mengapa, kami selalu masuk dalam kelas yang sama saat pembagian. Sehingga itu membuat kami tak terpisahkan. Aku benar-benar merasakan ada cinta diantara kami. Namun semua itu pupus semenjak dia berkata tentang kehidupannya yang sebenarnya menjelang hari kelulusan. Hatiku sakit. Sepertinya percuma saja aku mengungkapkan cintaku padanya,
“La, maafin gue ya.” katanya pelan,
“Maaf kenapa Joe?” tanyaku,
“Sheila. Gue gu-gue...”
“Lo kenapa?”
“Gue gay La.”

Mendengar ucapannya itu hatiku serasa tersayat. Seorang Joe yang sangat terkenal sebagai pria tertampan di sekolah dan terkenal pandai itu ternyata gay. Aku seperti tertampar.
“Lo bercanda kan?”
“Eng-enggak La.”
“Nggak mungkin. Gue nggak pernah lihat lo pacaran sama cowo!”
“Ta-tapi gue pernah backstreet sama...”
“Sama siapa Joe?”
“Randy.” jawabnya singkat dan dia menundukan kepalanya.

Randy? Aku benar-benar tidak percaya. Randy adalah mantan pacarku. Dan dia juga gay? Apa nasibku yang mencintai seorang pria gay? Kenapa?
“Joe! Apa lo nggak nyadar kalo selama ini ada cewe yang bener-bener sayang sama lo?” Bentakku,
“Maaf La. Tapi gue beneran bahagia dengan keadaan ini.”
“Lo bodoh Joe! BODOH!” Bentakku lagi, lalu aku pergi meninggalkannya.
Aku masih terpukul dengan ungkapan Joe. Aku merasa terbunuh saat itu. Padahal aku ingin mengatakan bahwa aku mencintainya lebih dari sahabat. Mulutku membisu dengan sendirinya. Hanya air mata yang mengalir dari mataku ini.

Setelah kelulusan, Joe melanjutkan kuliahnya ke Belanda. Dia hanya beralasan bahwa disana dia ingin belajar dengan baik. Namun aku tahu alasan sesungguhnya. Agar dia bisa bebas menikmati penyakitnya. Penyakit gay yang sangat menjijikanku.
Walaupun aku tidak bisa memaafkannya. Aku masih saja menunggunya. Aku masih saja mengenangnya. Aku menjadi bodoh karena cinta. Namun aku bisu dengan cinta.
Tiga tahun kemudian aku menerima sebuah surat dari Joe. Sebuah kabar bahwa dia akan pulang ke Indonesia sebulan kemudian. Tepat saat Valentine. Aku hanya menunggunya dengan sabar. Walau hatiku masih terluka menerima kenyataannya.

Hari Valentine tiba. Joe benar-benar kembali. Dia memberiku sebuah hadiah. Dia menyatakan cintanya padaku. Dia berkata bahwa dia sudah tidak mau memiliki pasangan sejenis lagi. Namun itu sungguh membuatku bingung. Aku benar-benar membisu ketika dia berkata cinta.
Aku memang menerima cintanya. Dia hadiah terindah di hari Valentine ini apalagi sekarang dia memang sudah jauh berbeda. Dia Sarjana sekarang. Dia lulusan Belanda. Dia memang hebat karena hanya dalam tiga tahun saja dia sudah bisa lulus sedangkan aku masih menunggu setengah tahun lagi untuk lulus.
Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Setelah aku tahu bahwa Joe positif HIV. Apakah ini alasan dia untuk tidak lagi gay? Lagi-lagi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku ingin marah, namun di dalam hatiku aku masih mencintainya.

Apapun kondisi Joe aku tetap mencintainya. Hingga dia benar-benar tidak berdaya dan hanya terbaring di atas tempat tidur. Sudah satu minggu dia menginap di rumah sakit dengan kondisi yang semakin parah.
“Sheila.” Ucapnya lirih,
“Joe? Lo harus kuat!” Kataku,
“Kapan gue bisa pulang ke rumah?”
“Tunggu kondisi lo membaik ya?”
“Ya. Gue pengen keluar dari kamar. Gue bosen tidur terus.”
“Oke. Gue bawa lo ke taman ya?”
“Iya.”

Aku membawa Joe ke taman untuk melihat matahari tenggelam. Sebenarnya aku sangat sedih melihat kondisinya sekarang. Dulu dia seorang yang benar-benar kuat dan selalu menang dalam pertandingan basket. Namun, dia menjadi lemah dan tak berdaya.
“Sheila. Selama gue sama lo. Gue nggak pernah bikin lo bener-bener bahagia.” katanya,
“Nggak kok. Lo itu segalanya buat gue. Lo selalu bikin gue bahagia. Coba kalau gue nggak bahagia. Gue nggak bakalan cinta sama lo.”
“Ah lo bisa aja. Oh ya, lo harus inget gue setiap malem. Apalagi waktu matahari tenggelam.”
“Emang lo mau balik ke Belanda lagi?”
“Enggak. Gue mau balik ke tempat yang bener-bener indah.” lalu dia tersenyum,
“Jangan bercanda deh!”
“Gue serius. Gue bakal tenang disana. Apalagi kalau lihat lo.”
“Nggak! Mending gue nggak lihat matahari tenggelam daripada lo pergi.”
“Cepat atau lambat gue bakal pergi La.”
Air mataku menetes. Hatiku tersayat setelah mendengar perkataan Joe. Apa aku harus menunggunya lagi? Sampai kapan?

Selama aku menghapus air mataku, aku tidak sadar kalau hal buruk menimpa Joe. Seketika darah dari hidungnya keluar begitu saja. Aku sangat panik ketika melihat wajahnya yang begitu pucat dan sepertinya ia menahan sakit.
“Joe! Lo nggak pa-pa kan?” Tanyaku dalam kepanikan,
“Eng-enggak pa-pa kok.” jawabnya pelan dan dia benar-benar menahan sakit,

Aku membawanya kembali ke kamarnya. Walau aku tahu darah seorang positif HIV itu mengandung virus dan dapat mengancamku. Aku tetap bersedia untuk menghapusnya,
“Udah La! Jangan ikutan hapus darah gue. Ntar lo ketularan!” kata Joe merasa bahwa dia menjijikan,
“Nggak Joe! Gue nggak peduli sampe gue mati juga nggak peduli.”
Sepertinya Joe benar-benar tidak kuat dengan kondisinya itu. Aku merasakan bahwa dia sangat kesakitan. Lalu dia tidak sadarkan diri.

Semenjak itu, aku berusaha untuk menjaga Joe. Dia sangatlah berharga bagiku. Aku tidak mau menunggunya lagi. Aku ingin selalu bersamanya. Namun takdir berkata lain. Tidak ada kuasa yang lebih besar daripada kuasa Tuhan. Di hari ulang tahunnya yang ke dua puluh dua, dia pergi untuk selamanya.
Hanya air mata yang bisa aku berikan untuknya. Aku mengingat senyumannya ketika ia akan pergi. Senyuman kedamaian di wajahnya. Dan lagi-lagi aku tidak mampu berbuat apapun. Aku hanya terdiam membisu.

Malam ini semakin dingin saja. Udara dingin ini menusuk tulangku bersama kenangan akan Joe yang sudah aku uraikan. Sampai sekarang aku tetap menunggunya. Menunggu sebuah hal yang sia-sia. Menunggu hal yang sudah pergi. Rasa cinta yang abadi membuatku rela untuk selalu mengenang dan menunggunya. Hanya satu pertanyaanku. Sampai kapan aku harus menunggu?

-The End-

PROFIL PENULIS
Elisabeth Cecilia
Semarang, 17 Nov 1996
http://www.facebook.com/lisacecil.cinta
Follow twitter @elelisalisa

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Wait For You

Karya Ayu Siska
I’ll be here… I’ll waiting here for you, so if you come here for you ‘ll find me.. I PROMISE !!

Cinta adalah ketika dia meneteskan air mata, tetapi kau masih peduli padanya.. dan ketika dia meninggalkan mu kau masih setia menunggunya.

Pagi itu hujan deras mengguyur kota ini. Saat itu laras bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Ia berlari menuju luar rumah, terlihat ibundanya yang sedang menyiram tanaman ‘’bun, laras pergi dulu ya?’’ serunya ‘’hati-hati sayang! Jangan lupa bekalnya dibawa’’ ‘’baik bun!’’ ia menuju mobil pribadinya. laras diantar oleh sopir pribadi menuju sekolahnya. ‘’ah, akhirnya sampai juga’’ lega laras, ia segera menuju ke kelasnya di VIIB. Laras bersekolah di SMPN 1TUNAS BANGSA, ia juga murid berprestasi disekolah. Diantara juara yang dia raih yaitu lomba lukis dan olimpiade bahasa inggris dan bahasa jerman. Ia juga mendapat beasiswa berprestasi dari sekolahnya. Ia tinggal bersama ibundanya saat ini, ayahnya telah tiada sejak ia masih berumur 4th. Walaupun ia termasuk anak yatim, ia tak pernah menyerah untuk menjalani hidupnya walau tanpa ayah. Ia selalu membantu ibundanya untuk menjaga toko rotinya. Laras anak yang patuh pada orangtua dan tak pernah berani membantah kedua orang tuanya.
********
Wait For You
Jam istirahat tiba, laras bersama sahabatnya wina lagi bersantai ditaman sekolah. ‘’ras, aku mau ke toilet dulu ya?’’ ujar wina pada sobatnya ‘’iya deh’’ jawab laras. Ketika itu seseorang pria duduk disamping laras, pria itu seperti kelelahan. Ia minum air botolnya, keringat yang seperti membasahi tubuhnya. Laras hanya meliriknya sekejap, ia tak menyangka pria itu sangatlah tampan. Sepertinya tumbuhlah dihati laras untuk menyukainya, hatinya seperti terpikat oleh pria itu. tetapi yang membuat laras kesal, dia hanya cuek angsa saja. Begitupun tahu itu laras juga cuek-cuek sajalah sama dia. Menurutnya dia itu adalah kakak kelasnya sendiri dikelas VIIIA. 
Tak lama disana pria itu beranjak dari tempat duduk laras, ia melihat teman-temannya dan ia segera menghampiri temannya. Akhirnya wina balik lagi, ia heran melihat laras yang begitu tercengang ''hei, kenapa kau seperti kesambet hantu aja'' sambar wina ''ih, ngaco ngomong ni. Nothing kok’’ kesal laras ‘’hemm.. apa jangan-jangan gara-gara cowok tampan tadi yang berada disamping kamu itu? hayoo ngaku deh’’ ledek wina ‘’ngarang kamu ni’’ laras tambah kesal ‘’ih, jadi malu gitu tuh. Bilang aja kalo kamu naksir sama dia. Iya kan ?’’ ‘’gak usah dibahas deh’’ ,laras beranjak dan ia pergi meninggalkan wina. Wina hanya senyum sendiri melihat sikap laras gitu. Saat pulang sekolah, laras lagi menunggu jemputannya didepan gerbang sekolah. 
Tiba-tiba bola basket mendarat ke kepalanya ‘’aww!’’ rintih laras ‘’hati-hati dong, mainnya!’’ laras sambil marah. Seorang cowok mendekati laras ‘’sorry. Gue gak sengaja. Lo gak apa-apa kan?’’ ternyata cowok itu adalah cowok yang duduk disamping laras waktu istirahat tadi ‘’it doesn’t matter’’ jawab laras. ‘’boleh gue ambil bolanya kembali?’’ pinta cowok itu dan laras memberikan bola itu ‘’thanks for u’’ cowok itu tersenyum pada laras. ‘’oh ya, lo kalaras sintya dan lo anak kelas VIIB. Iya kan?’’ laras tak menyangka dia tahu semua tentang dirinya. ‘’you can know about me? Where?’’ tanya laras ‘’I know about you from riko, sorry.. riko all tells about you with me. Why? Are you angry?’’ ‘’oh, not at all’’ jawab laras. ‘’apakah kau ada waktu nanti sore?’’ laras menggeleng ‘’bisakah nanti sore kita ketemu dilapangan basket sekolah?’’ pinta cowok itu ‘’may’’ laras tersenyum ‘’ok, I waiting you. See you later’’ cowok itu kembali bermain basket. Akupun teringat sesuatu ‘’iya ampun, aku lupa nanya namanya. Duuhh, bego BGT ni..hmm,’’ laras berpikir sejenak ‘’yah, gpp deh, lagian masih ada waktu nanti sore. Jadi gak sabar ni aku’’.
********

‘’bundaaaa! Laras pergi dulu ya bun?’’ ‘’kamu mau kemana ,ras?’’ tanya bunda ‘’aku mau kerumah wina bentar’’ laras terlihat berbohong ‘’ya, sudah. Hati-hati ya ,nak?’’ pesan bunda ‘’siap , bun! Assalamualaikum’’ pamit laras lalu pergi. Sesampai di sekolah, laras melihat sicowok itu yang lagi bermain basket. Laras mendekatinya.. cowok itu melihat kedatangan laras, lalu ia mendekati laras juga. ‘’hai, akhirnya kamu datang juga’’ sapa cowok itu ‘’kamu dari tadi belum pulang iya? Kok tetap saja pakai baju olah raga gini, terus main basket lagi, gak capek dari tadi main basket mulu’’ ketus laras ‘’eh, kamu tahu. Ini sih udah biasa buat ku’’ laras tersenyum ‘’kamu manis deh,kalo senyum gitu. Oh, kita belum kenalan. Aku randi?’’ sambil mengulurkan tangannya ‘’laras’’ mereka bersalaman ‘’I know’’ singkat randi. ‘’terus, sebenarnya kamu mau ngomong apa?’’ tanya laraskembali ‘’oh, ada yang ingin aku katakan sama kamu. Aku sengaja tanya sama riko saudara kamu tentang kamu, saat itu sebenarnya aku udah tahu kamu. Sejak kamu dibangku SD, aku sering liat kamu dirumah riko. Dulu rumah ku disebelah riko. Sejak dari dulu aku dan riko memang sahabat, jadi jangan heran jika aku telah tahu kamu sebelumnya’’ jelas randi ‘’trus, riko gak pernah cerita sebelumnya sama aku’’ ‘’gak tahu deh, aku pernah bilang sama riko. Kalo aku suka sama cewek ‘’ ‘’siapa?’’ laras penasaran ‘’kamu’’ laras terdiam mendengar ucapan riko ‘’maksud kamu?’’ tanya laras ‘’iya, aku suka sama kamu’’ randi menembak laras ‘’terus? ‘’iya.. aku mau kamu jadi pacarku?’’ ‘’aku jawab sekarang?’’ ‘’itu terserah kamu. Lagian aku gak akan maksa ,kalo kamu gak mau jadi pacarku. Yang penting aku udah bilang tentang persaanku semua sama kamu’’ ‘’kalo aku jawab tidak?’’ ‘’not at all, walau aku kecewa. 
Mungkin aku bisa nerima itu’’ ‘’randi! Aku mau jadi pacar kamu’’ jawab laras ‘’are you serious?'' laras mengangguk dengan tersenyum ‘’jadi kita jadian, donk?’’ ‘’iya gitu deh’’ singkat laras tersenyum ‘’jadi kita harus manggil apa, donk?’’ ‘’manggil?’’ ‘’iya’’ laras terdiam ‘’diam sih? Bingung iya?.. gimana kita panggil caca bebeb?’’ ‘’boleh’’ laras tersenyum. ‘’eh, kamu bisa main basket?’’ tanya randi ‘’bisa’’ ‘’main, yuk?’’ ajak randi. Mereka bermain basket berdua sampai tiba larut malam.
********

Jam istirahat disekolah, laras duduk bareng wina diteras sekolah. ‘’win, ada mau aku ceritain sama kamu ,nih’’ kata laras ‘’what is that?’’ ‘’mungkin ini gak seperti yang kamu bayangkan. Ak tuh udah jadian sama kak randi, cowok yang kemarin duduk disebelah ku ditaman itu loh’’ ujar laras ‘’hah! Serius? Katanya kamj gak suka sama dia. Kenapa sekarang kamu terima dia saja jadi cowok kamu?’’ ‘’itu kemarin, kalo sekarang sih…’’ ‘’cieee.. cieee… seneng nih’’ ‘’tahu aja deh’’. ‘’beb, aku anterin kamu pulang ya?’’ kata randi pada laras ‘’boleh’’ laras berbonceng pada sepeda randi. ‘’sekarang kita mau kemana dulu?’’ tanya randi ‘’kita ke toko bundaku dulu deh’’ ‘’oke’’. Sesampai ditoko bunda laras ‘’laras, ada teman kamu nih’’ sapa bunda ‘’iya bun. Namanya randi. Ran, ini bundaku’’ ‘’randi, tante’’ sapa randi pada bunda laras ‘’ganteng, deh! Ayo duduk.. bunda siapin lunch dulu buat kalian’’ bunda masuk kedapur. Laras dan randi duduk dibangku yang disediakan ‘’kenapa kamu gak jujur sama bunda kamu?kalo aku ini pacar kamu’’ ketus randi ‘’sorry, aku tu gak boleh pacaran sama bunda’’ ‘’oh, aku ngerti kok’’ ujar randi. ‘’nah! lunch udah siap! Kalian lunch dulu ya? Bunda tinggal dulu’’ ujar bunda ‘’makasih, bun’’ kat laras. ‘’ayah kamu mana?kok, aku lihat cuman bunda kamu saja?’’ tanya randi ‘’ayah? Saat aku masih TK, ayahku udah tiada. Dia meninggal karena penyakit jantungnya’’ ujar laras seraya meneteskan air matanya. ‘’ups! Sorry? Kalo pertanyaanku membuatmu sedih’’ kata randi ‘’gak apa-apa’’ singkat laras sambil mengusap air matanya. ‘’ras, aku pamot dulu iya? udah hampir hujan ni’’ pamit randi ‘’iya sudah, hati-hati dijalan’’ ‘’tante! Saya pamit dulu’’ ‘’oh, hati-hati nak randi!’’ pesan bunda laras. Randi pergi dengan mengendarai motornya. ‘’laras, bunda mau bicara sebentar sama kamu’’ pinta bunda ‘’apa bun?’’ ‘’kamu ingat kan? Pesan ayah, jika kamu tak boleh pacaran. Setelah lulus SMA nanti?’’ ketus bunda ‘’laras masih ingat ,bun’’ ‘’bagus kalo gitu. Sana masuk! Jangan lupa belajar’’ bunda mengingatkan. Laras pun masuk kerumahnya disebelah toko bundanya sendiri.
********

3tahun kemudian, laras telah menginjak SMA. Ia bersekolah disekolah yang sama dengan kekasihnya randi, di SMA 2 BAKTI LUHUR. Ia masih duduk dikelas X-1, sedangkan si randi dikelas XI-IPA1. Mereka telah 3tahun berpacaran, tetapi tak lama kemudian. Randi pindah ke jogja, ia ikut dinas papanya disana. Randi tak sempat pamit dengan laras. Ia tak mau melihat laras menangisi dirinya, karena melihat dirinya akan pergi meninggalkannya. Ia bermaksud mengirimi laras surat darinya, dan menitipkan ke teman dekatnya kayla. Saat itu pelajaran dikelas laras telah usai. ’’nih’’ kayla menyodorkan sebuah surat pada laras ‘’apa ini?’’ tanya laras heran. ‘’baca aja dulu” ketus kayla, laras membuka surat itu secara perlahan. Ia membacanya dengan penuh menghayati.

Dear kalaras sintya,
Malam ini, malam yang tak berarti bagiku. Ku terjatuh bagai yang putus asa. Sekilas wajah itu selalu berada dipikiranku ini. Aku tak bisa menghapus senyuman dan kenangan yang pernah dilalui. Namun, tak bisa kupungkiri jika kini aku harus meninggalkanmu. Aku pikir, hubungan ini tak pantas untuk berjalan lagi. Dan aku tak mau membuatmu sedih dan terluka olehku. Dirimu disana dan diriku disini, kita saling beerjauhan. Aku ingin waktu ini seperti dahulu lagi,
namun waktu telah berputar. Aku harap, dirimu kan baik-baik saja disana. Take good care your self, maafkan aku?
From: randy anggara

‘’kay, sebenarnya randi kemana? Kenapa dia gak bilang sama aku’’ laras menahan tangis. ‘’sorry ras, randi gak sempat bilang sama lo. Dia gak mau aja, kalo lo terlihat sedih didepannya. Saat dia pergi ninggalin lo, dia ikut papanya dinas ke jogja’’ kata kayla ‘’terus?’’ ‘’terus, yaaa.. dia pindah disana dan menetap disana’’ laras menangis ‘’ras, lo jangan sedih gini dong’’ kata kayla berusaha menenangkan laras. ‘’gimana gue gak sedih kay, randi pergi ninggalin gue. Dan gue masih sayang sama dia, gue gak mau dia ninggalin gue gitu” ‘’ras, gue tahu gimana sakitnya perasaan lo. Gue juga cewek, gue juga udah beberapa kali ngalamin kejadian sama seperti lo. Tapi tuh gue berusaha tegar dan gue gak putus asa ngejalanin hidup baru. Tanpa orang-orang yang gue sayang dan ninggalin gue gitu aja’’ kata kayla ‘’mungkin ini hal yang terburuk bagi hidup gue. Bener juga yang lo katakan kay, gue harus tetap tegar dan gak boleh putus asa. Dan gue harus tetap semangat buat ngejalanin hidup ini’’ seru laras ‘’nah, gitu dong! Itu baru sobat gue. Dan lo harus lupain masa lalu lo, yang hanya bisa ngebuat lo sedih gini. Dan lo masih punya masa depan yang cerah, dan lo gak boleh mensia-siakan itu. lo harus yakin, jika lo bisa bahagia tanpa dirinya. Don’t be sad, keep your spirit!’’ seru kayla. ‘’lo memang sohib terbaik gue, kay’’ laras memeluk kayla.
********

Hari demi hari, 3tahun di SMA telah usai. Kini anak kelas 3 SMA 2 BAKTI LUHUR, menyambut gembira akan kelulusan mereka. Kini nilai terbaik dipegang oleh kalaras sintya dengan nilai 9,2 dan menduduki peringkat 1. Kini laras sangat bahagia dengan atas keberhasilannya. Ia juga keterima PMDK di universitas gajah mada(UGM). Ia memilih kuliah disana, karena bundanya menerima kerjaan baru disana. Sedangkan kayla, ia kuliah diluar negeri tepatnya dilondon. ‘’iyaaa, kita gak bisa ketemu lagi dong..hmm’’ laras menghela nafas ‘’don’t worry! Kita kan masih bisa saling contac, iya kan?’’ kata kayla ‘’oke, janji ya?’’ ‘’yup’’ dengan tersenyum. Hari ini adalah hari pendaftaran ulang dikampus laras. Laras menuju kampus bersama riko sepupunya, riko juga kuliah disana. Setelah mengurusi daftar ulang, laras menuju riko ‘’rik, makan yuk? Laper nih gue’’ ajak laras ‘’ memang kebiasaan lo, suka makan tapi tetap saja lo terlihat kurus gitu’’ ledek riko ‘’yeeee, biarin saja kali. Ketimbang lo gendut gitu, weee’’ cibir laras. Mereka pun mampir disebuah tempat makan dikantin kampus. ‘’riko!’’ seru laras ‘’ada apa?’’ jawab riko ‘’lo tau gak?’’ tanya laras ‘’tahu apa?’’ sambar riko ‘’ih, gue belom selesai ngomong! Lo tau gak? Kabarnya randi sekarang’’ kata laras ‘’kenapa? Lo kangen sama dia’’ kata riko ‘’iya sih, tapi lo jangan salah sangka dulu. Gue cuman kangen doang dan itupun gak lebih’’ ujar laras ‘’cius ni?’’ rayu riko ‘’biasa aja deh’’ kesal laras ‘’sorry non? gak usah marah gitu dong, mukanya. Ntar cantiknya malah kabur lagi’’ ledek riko ‘’bisa aja deh’’ senyum laras. ‘’lagian gue itu gak tahu sama sekali kabarnya randi gimana sekarang, randi itu udah lama gak ngehubungin gue lagi,ras’’ kata riko. Laras terdiam ‘’oh begitu’’ jawabnya lemas. ‘’btw, lo masih ada perasaan lagi sama randi?’’ tanya riko ‘’gak, lupain deh!’’ ketus laras. Mereka pun kembali kerumah masing-masing, laras masuk kekamarnya. 
Ia mengambil sebuah foto dirinya bersama randi sewaktu ia masih pacaran dahulu. Ternyata foto itu masih disimpan olehnya disebuah kotak pink. Ia membukanya dan mengambil sebuah foto itu, ia mengingat masa lalunya dahulu sewaktu ia bersama randi. ‘’ran, lo dimana sih? Gue kangen sama lo. Seandainya saja tuhan mepersatukan kita kembali seperti dahulu. Sebenarnya, gue masih sayang sama lo. Gue masih disini dan masih nungguin lo, ran’’ kata laras. Ia meletakkan foto itu, dan kembali ke tempat tidurnya semula. Saat itu laras berada disebuah tempat, tempat itu seperti taman yang indah. Ia mengenakan gaun berwarna putih seperti layaknya cinderella. Laras berjalan ditaman itu, tiba-tiba dari belakang terdengar suara aneh. Suara itu seperti anjing yang menggong-gong. 
Dugaan laras sangat benar, ternyata suara itu adalah suara anjing. Lalu, anjing itu berlari kearah laras. Anjing itu seprti mengejarnya. Laras lari ketakutan, ia terus berlari dan berlari. Sampai di penghujung jalan, laras berhenti ia tak bisa kemana-mana lagi. Dibawahnya terdapat jurang yang amat dalam. Anjing itu terus mengejar laras, hampir anjing itu mendekati laras. Laras tak punya cara lain, ia memilih jatuh ke jurang. ‘’aaaaaaa !!’’ teriakan laras menggema dasar jurang. Tiba-tiba ‘’bruuk’’ lars jatuh kepelukan seseorang. Laras menatap orang itu, orang itu ialah randi mantan kekasihnya. Laras pun terbangun dari tidurnya, ternyata ia hanya mimpi saja. 
Ia pikir randi akan kembali dikehidupannya. ‘’randi !aku mau kamu kembali lagi bersamaku. Seperti dahulu, disaat kita bersama’’ tangis laras. ‘’ran, kenapa aku gak bisa ngehapus kenangan kita berdua? Kenapa ran!? Aku gak mau kehilangan kamu. Aku masih sayang sama kamu’’ kata laras dengan meneteskan air matanya. Keesokannya dikampus, laras berjalan menuju kantin kampus. Sesampainya disana, matanya tertuju sesuatu. Ia seperti melihat sesosok orang yang ia kenal. Ia mendekati orang tersebut, ‘’hai’’ sapa laras, orang itu menoleh ‘’laras? Kamu laras, kan’’ jawabnya ‘’wina? Aku masih gak nyangka kita bakal ketemu lagi’’ senyum laras ‘’iya ras, aku juga. Kamu terlihat beda sekarang’’ ‘’beda? Beda kenapa?’’ tanya laras ‘’kamu terlihat tambah cantik saja sekarang. It’s beautiful’’ puji wina ‘’thanks’’ ‘’ras, kamu ngambil jurusan apa?’’ tanya wina ‘’sastra inggris. Kamu?’’ ‘’kalau aku sih, ilmu fisika dan matematika’’ ‘’waw! Pintar amat ya? Coba kalau aku seperti kamu. Kayaknya tuh materi gak akan nyangkut diotakku’’ senyum laras ‘’bisa aja kamu. Kamu kan emang paling gak suka sama yang berbau hitung-hitungan gitu’’ ‘’eh, iya sih’’ candanya. ‘’eh, kamu lagi apa disini?’’ kata laras ‘’nih, lagi meneliti’’ jawab wina ‘’meneliti apa?’’ ‘’kamu tuh ya, nanya aja mulu. Ganggu konsentrasi aku aja nih’’ ‘’ih, iya deh sorry. Eh, aku mau ke kelas dulu ya? Soalnya nih jam kuliah ku’’ ‘’iya deh ras, hati-hati ya? Ntar kita ketemu lagi, oke’’ seru wina ‘’oke friend!’’ jawab laras. Ia segera kembali ke kelasnya. Dikelas, tiba-tiba laras menerima pesan dihandphonenya. Pesan itu dari wina sahabat smpnya.

From: wina
Ras, ntar plg kuliah. Ak tgu km di taman kampus ya?

Laras membalas pesan dari wina itu. pulang kuliah, laras pergi menuju taman kampus. Hampir dia sampai, tiba-tiba ‘’duukkk’’ kepala laras terkena bola basket ‘’aww’’ seru laras. Seseorang pria menghampiri laras ‘’sorry, boleh aku ambil bolanya?’’ seru pria itu dan laras menoleh ia seakan terkejut melihat pria itu. ternyata pria itu randi, mantan kekasih yang selalu laras tunggu sejak dahulu. ‘’randi?’’ kata laras ‘’laras’’ sejenak mereka terdiam. ‘’ras, aku gak nyangka kita bisa ketemu lagi’’ kata randi ‘’same’’senyum laras ‘’aku sangat seneng banget! Bisa ngeliat kamu lagi. Oh ya, kamu kuliah dijurusan apa?’’ tanya randi ‘’sastra inggris. Kamu sendiri?’’ kata laras ‘’aku diarsitek. Eh, aku kesana dulu iya?’’ ‘’iya’’. Randi kembali bermain basket bersama teman-temannya. Laras segera menghampiri wina ditaman. ‘’sorry win, aku telat?!’’ laras menghela nafas ‘’kebiasaan nih’’ ucap wina ‘’ada apa sih? Kamu manggil aku kesini?’’ tanya laras penasaran ‘’aku mau nanya sama kamu’’ ‘’apa, win?’’ ‘’kamu udah break sama randi?’’ tanya wina. Pertanyaan itu membuat laras terdiam ‘’kenapa diam?’’ wina bertanya lagi ‘’iya win, lagian itu udah dulu? Pas aku sma’’ kata laras ‘’kenapa harus putus?’’ ‘’dia pergi ikut ayahnya keluar kota’’ ‘’oh, begitu’’ singkat wina. ‘’kamu ngajak aku ketemuan, hanya menanyakan soal itu doang?’’ ujar laras ‘’iya gitu deh, abisnya aku kurang percaya gitu’’ ‘’emang kamu tahu dari mana?’’ tanya laras ‘’dari riko’’ ‘’emang tuh anak’’ kesal laras ‘’why?’’ ‘’nothing! Aku pergi dulu iya?’’ kata laras dengan berdiri ‘’buru-buru amat sih?’’ ujar wina ‘’ada urusan’’ singkat laras. ‘’kamu mau pergi bukannya marah sama aku kan?’’ wina mendekati laras ‘’gak kok, emang aku ada urusan. Bukannya aku marah sama kamu’’ kata laras ‘’ras, aku bisa merasakan apa yang kamu rasakan. Memang itu menyakitkan, kita ditinggal dengan orang kita sayang’’ ‘’udahlah, win! Gak penting urusin itu lagi’’ laras berusaha menyimpan tangisnya. ‘’ras, aku tahu gimana caranya agar kamu itu gak sedih lagi mikirin si randi’’ wina memberi masukan ‘’apa?’’ laras penasaran. ‘’ntar malam kamu ada waku gak?’’ ‘’maybe’’ ‘’kalau kamu bisa, kita ketemu di cafĂ©. Gimana?’’ kata wina ‘’what for?’’ ‘’masa gak ngerti juga sih, ras. Ntar aja deh, kamu tahu sendiri. Oke?!’’ seru wina ‘’oke’’ jawab laras.
********

Malam itu laras bersiap-siap kecafĂ©, untuk bertemu wina sahabatnya. Ia pun berangkat dengan mobilnya sendiri. Tiba dicafe, laras menghampiri wina yang sudah menunggu dirinya 5menit yang lalu. ‘’hai, win! Sorry aku telat lagi’’ seru laras ‘’nyantai aja’’ singkat wina. ‘’terus, kamu mau ngomong apa sama aku?’’ tanya laras ‘’ntar lagi dia datang’’ kata wina. ‘’datang? Siapa?’’ laras penasaran ‘’liat aja ntar’’ sinis wina. Tak lama kemudian, seorang pria menghampiri mereka. Pria itu seperti orang luar negeri ‘’hai, win?’’ sapa pria tersebut sambil cipika-cipiki dengan wina. ‘’sa, kenalin ini laras. Yang aku ceritain itu!’’ seru wina. ‘’esa’’ berkenalan dengan laras ‘’laras’’. ‘’ayo duduk!’’ wina mempersilahkan ‘’eh, aku ke temanku dulu ya? Barusan aku ada janji nih, kalian ngobrol aja berdua’’ alasan wina ‘’tapi, win’’ kata laras ‘’kamu jangan sia-sia kan kesempatan ini, ras’’ bisik wina dan ia pergi meninggalkan laras dan esa, yang lagi duduk berdua. ‘’ras, kamu terlihat cantik malam ini’’ esa memuji ‘’makasih’’ senyum laras. ‘’oh ya, kamu satu kampus dengan wina?’’ laras mengangguk ‘’satu fakultas?’’ ‘’gak , wina diMIPA kalau aku diSASTRA’’ jawab laras sedikit gugup. ‘’oh begitu’’ laras mengangguk ‘’kamu baru putus sama pacar kamu ya?’’ ‘’wina pasti udah cerita sama kamu. Itu sih udah dulu waktu aku sma’’ ujar laras ‘’oh’’ singkat esa. ‘’esa, aku mau pergi dulu iya? Soalnya aku banyak tugas kuliah’’ laras berdiri dan pergi. Setelah laras pergi, wina menghampiri esa yang lagi duduk sendiri. ‘’esa! Gimana sih kamu, harusnya kamu antar dia dong. Bukannnya malah biarin laras pergi sendiri’’ wina kesal ‘’win, tadi aku mau bilang gitu. Tapi, larasnya keburu pergi win’’ kata esa. Dibawah pohon dibelakang rumah, laras duduk sendiri dengan bernyanyi dan bermain gitar.

_Lagu merindu_
Ku teringat disaat dahulu kita saling bersama. Bercanda dan tersenyum, hatiku sangatlah senang berada didekatmu. Kini kau telah tiada, kau bukan menjadi milikku lagi. Kau pergi, jauh dan jauh meninggalkan ku. cinta.. dimanakah senyummu dahulu yang pernah ada untukku. Aku sangat merindukanmu, ku berharap kita kan bersama lagi seperti dahulu. I promise, I’ll here always waiting, my love..
‘’laras! Laras!’’ bunda laras memanggil. Laras segera menghampiri bundanya ‘’iya bun, ada apa?’’ tanya laras ‘’ini ada telfon dari teman kamu’’ ‘’siapa, bun?’’ laras mengangkat telfonnya. ‘’halo’’ sapa laras ‘’halo, ras’’ ‘’ini siapa iya?’’ tanya laras ‘’ini aku randi’’ laras terdiam saat mendengarnya ‘’kamu?’’ laras ragu ‘’iya ras, when we were parting, I felt lonely without you. My life fell empty, now I aware if you meant for me. I regret.. because hurt your heart, I wish.. we can back as if former’’ kata randi ‘’I can’t backing to you. I think, we should be best friend. Sorry..’’ laras menjawab ‘’it does’nt matter’’ ‘’randi, I just wanna say’’ ‘’what?’’ tanya randi. ‘’I still love you, but former that.. while times just our have’’ ‘’ok, I can undrestand’’ hati randi mersa kecewa. ‘’larass!’’ bunda laras memanggil ‘’I’m sorry, I must close my phone. Because I still busy, bye’’ laras menutup telfonnya.
********

Setahun telah berlalu, kini laras telah berumur 20th ia makin dewasa. Saat itu randi merayakan kelulusannya, ia sangatlah gembira atas prestasinya. Laras menatap kebahagiaan diwajah randi, dia ikut bangga. Randi menghampiri laras, ‘’ ras, aku mau ngomong sama kamu’’ ujar randi, ia membawa laras ke tempat yang agak jauh dari keramaian. ‘’ngomong apa?’’ tanya laras ‘’ras, sebentar lagi aku udah keluar dari universitas ini’’ ‘’why? Bukannya kamu bangga dengan keberhasilan kamu ini. Aku juga ikut bangga’’ ‘’tapi aku gak akan bangga jika gak ada kamu, ras. Bersamamu aku tambah semangat!’’ ‘’gak apa-apa! Aku bisa ngerti, kok. Sebentar lagi kamu mau kerja atau mau nerusin kuliah?’’ ‘’aku mau nerusin kuliah di UI’’ ‘’wah, bagus dong, kamu bisa kuliah dijakarta’’ laras tersenyum. ‘’aku pergi dulu! Kamu baik-baik disini. Suatu saat aku bisa kembali denganmu’’ seru randi, ia menuju mobil bersama keluarganya dan pergi. Laras tak bisa menahan tangisannya, ia meneteskan air matanya. Wina sahabatnya menghampiri laras ‘’ras! Kamu kenapa? Apa ini gara-gara randi?’’ tanya wina ‘’lupain!’’ kata laras ‘’ras, esa mau ketemu sama kamu’’ ‘’dimana, win?’’ ‘’kantin, sekarang! Aku harap kamu bisa menemuinya’’ kata wina ‘’oke! aku kesana’’ laras menghampiri esa dikantin. Ia menemui esa ‘’udah lama nunggunya?’’ laras memulai ‘’lumayan, silahkan duduk!’’ esa mempersilahkan laras ‘’ada apa? Kamu ngajak ketemuan’’ seru laras ‘’ aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Ini tentang isi hatiku sebenarnya’’ laras menunggu esa melanjutkan ngomongnya ‘’aku sayang sama kamu, kamu mau jadi pacarku?’’ esa menembak laras ‘’maaf sa, aku gak bisa’’ laras menolak ‘’kenapa?’’ ‘’aku mau konsen dulu sama kuliah, gak mau pacaran’’ ‘’aku bisa nungguin kamu!’’ kata esa ‘’tapi aku gak mau sama kamu. Lebih baik kita temenan aja!’’ laras beranjak dan pergi dari sana.
********

Setahun telah berlalu, kini laras merayakan keberhasilannya. Ia telah lulus dari kuliah S1, ia mendapat gelar sarjana sastra S.S. ia sangatlah gembira dan memeluk bundanya ‘’makasih bunda! Berkat dukungan bunda laras jadi berhasil. I love mom!’’ mencium pipi bundanya ‘’selamat ya nak!’’. Wina mendekati laras ‘’ras, aku ngomong! Ini soal randi’’ bisik wina, wina membawa laras ke tempat jauh dari keramaian. ‘’apa win?’’ tanya laras penasaran ‘’ini ada surat dari randi! Tapi aku minta, setelah kamu baca surat ini. Kamu janji gak akan sedih lagi, kamu jangan putus semangat. Janji ya?’’ ucap wina ia memberikan surat itu ke laras. ‘’aku janji, win!’’ kata laras ‘’ya udah! Aku pergi dulu’’ wina pergi meninggalkan laras. Laras membuka surat itu dan membacanya..

Dear: laras
Congratulation! Atas semua keberhasilanmu ,ras. Aku harap kamu bisa menggapai cita-cita mu nanti. Ras, sebelumnya aku mau bilang sama kamu. Aku minta maaf atas semua kesalahanku. Aku mau bilang sesuatu sama kamu, aku harap kamu gak akan sedih untuk mendengarnya. Sebelum aku menulis surat ini, aku telah menikah dengan wanita lain. Aku tahu aku salah, karena dihatiku masih sayang kamu. Tapi aku terpaksa melakukan ini semua, karena wanita itu mengidap penyakit kanker. Jadi aku gak tega, ayahnya berpesan.. bahwa hanya akulah yang akan menyelamatkan nyawanya. Akulah semangat dihidupnya, laras jaga dirimu baik-baik disana. Semoga kamu bisa mendapatkan pria yang lebih baik dariku. Laras, I love you!
Salam manis: Randi
 
Laras tak bisa menahan tangisnya, ia menangis. Air matanya selalu mengucuri pipinya.
Aku pernah bilang dihatiku, jika aku akan menunggunya sampai ia kembali padaku. Tapi kini ia telah tiada untuk bersamaku. Aku harus bisa melupakannya. Masih banyak cinta yang lain yang harus dikejar. Karena jodoh itu pemberian dari tuhan, aku harus semangat menjalani hidupku tanpa ada dirinya. Aku yakin aku pasti bisa!

Love..
Leave my soul without regret. Leave the pain within my heart. Heal the wounds with your touch no more. I guess it’s time for you to die. Good bye-little bird. For you won’t fly :)

THE~END

PROFIL PENULIS
Nama: Ayu sisca irianti
Nama panggilan: Ayu
Kota asal: Situbondo
T-Lahir: 6-april-1997
Sekolah: Man2
Hobi: Menulis, mengarang, melukis, membuat karya, nyanyi
Twitter: @sieska_ayu10 & @sieska16
Facebook: rsieska@rocketmail.com
Email: rsieska@rocketmail.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Asrama Melodi Musik

RATU PRISKILLA
(Asrama Melodi Musik)
Karya Kakos

“Pandangan tertuju pada sebuah petikan gitar, membuat aku ingin memainkannya. Tak sadar aku terbawa alunan petikan gitar itu”.
Hidup ini memang terbalik terlihat sangat lucu dan tak adil, tolong aku! Entah bagaimana caranya agar aku bisa keluar dari asrama ini. Mungkin kau dapat membantu ku, atau kemudian besar kau tak akan pernah melihat lagi untuk selama-lamanya. Hai…. Tolong aku! Kumohon! Panggila polisi atau siapa pun yang bisa mengeluarkan ku dari asrama ini.
Terlihat dari kejauhan langit di atas sekolah musik yang dingin itu, berwarna gelap. Angin begitu kencang, mengantarkan aroma hujan. Roni tengah menarik mayat seorang lelaki berpakaian seragamnya. Tampak berusaha payah berjalan menuju perkuburan yang terletak di belakang sekolah musik tersebut.

Namun, rupanya langit tak terpengaruh bujukan Roni. Belum begitu dalam lubang kuburan itu berhasil Roni gali, hujan tiba-tiba turun begitu derasnya. Lalu mendorong mayat itu masuk ke dalam lubang, dengan cepat lubang kuburan itu ditutup dengan tergesa-gesa. Semakin lama, hujan semakin lebat. Kilat terus menyambar seperti lidah-lidah api yang berjulur dari neraka. Sudah tiga belas menit, pekerjaan Roni rampung. Segera melangkah ke luar areal perkuburan. Begitu Roni menghilang di tikungan, tiba-tiba hujan mereda lalu berhenti sama sekali. Terlihat batu nisan di atas kuburan itu bergerak dan mengeluarkan asap tipis keluar dari kuburan baru itu….
Asrama Melodi Musik
TAHUN 1992
Sesampai dirumah aku di tanya oleh ayah, dengan bernada suara tegas dan sedikit berkata kasar “Dari mana saja kamu. bukannya langsung pulang dari asrama, malah sampai rumah sore hari, dasar anak kurang diuntung!”
Sontak aku langsung terdiam dan mata yang sedikit melotot kepada ayah. Dan berkata “Aku menengok ibu di rumah sakit ayah,meski ibu belum sadar pasti ibu merasa kesepian jika tidak menengoknya.

Dengan cepat tanggan seorang ayah menampar anaknya. “Tidak ada alasan, jika saat libur kamu lom sampai di rumah dan meja makan masih kosong saya akan memampar kamu lagi, Mengerti kamu”.
Memang seperti itulah prilaku yang kasar terhadap Ratu. Sejak ibunya masuk rumah sakit beberapa bulan ini, ayahnya berubah kepribadiannya menjadi lebih kasar kepadanya. sering menganiyaya anaknya sendiri. sering Ratu, melihat ayah pulang larut malam serta tercium aroma alkohol dari mulutnya. Disaat ayah berbicara kasar dan hasil kerja Ratu hanya dihabiskan oleh judinya.
Tidak hanya itu, sering Ratu melihat ayahnya bersama wanita lain tetapi, Ratu hanya bisa diam melihat semua itu. Awal mulanya Terjadi perubahan kepribadian, dikarenakan tekanan ekonominya yang semangkin menipis. Biaya sehari-harinya tergantung pemasukkan dari ibunya, sebelum sakit dia perkerja menjadi guru honoler di Asrama Melodi musik.

Waktu terus berjalan Ratu kembali ke asrama melodi musik, asrama itu cukup tua sudah sangat usang jika terlihat dari ke jauhan. Sering kali Ratu bermimpi dan terlihat seperti bayangan hidup. Ratu berfikir bayangan yang sering terlihat seperti hidup itu bisa disebut bayangan hantu. Dikala Ratu pernah kekamar mandi berdua bersama temannya. Ratu merasakan, suasana yang aneh tidak biasanya Ratu melirik kira dan kanan sebelum memasuki ruangan tersebut.
“Ratu kamu kenapa melihat seperti itu mata kamu membuat ku takut melihat kiri dan kanan di setiap sudut kamar mandi”
“Ti….tidak aku hanya ingin, cari kaca saja” dengan terbata-bata menjawab pertanyaan temannya.
“Kamu duluan saja tidak perlu menunggu aku”
“Baiklah jika kamu tidak mau ditunggu”
Setelah selesai Ratupun keluar kamar mandi, spontan Ratu melihat sekeliling perubahan seketika di dalam kamar mandi. kamar mandi itu menjadi remang dan lembap. Terasa seperti ruangan yang tak pernah dikunjungi selama ratusan tahun. Namun, entah kenapa Ratu merasa ada sesuatu yang melewati tengkuknya saat berada di ruangan tersebut.
Sontak tanpa berkedim, Ratu terkejut luar biasa ketika muncul sesosok yang menghadang langkahnya. Ratu memekik tertahan. Wajahnya tegang dan pucat. Dengan refleks, Ratu langsung berteriak”AAAhhhhh”….. ternyata sesosok itu seperti gandaruwo, tetapi bayangan hantu itu tidak seperti ciri-ciri gandaruwo, Besar hitam berbulu dengan mata merah menyala, kuku tangannya panjang-panjang, sangat menakutkan, melainkan hanya berjuba putih dan tidak menapak kakinya,“dia menunju ke arah Ratu. Ratu langsung tergulai lemas lalu pingsan di ruangan tersebut.
***

Terlihat suasana gelap dan Tangga yang begitu tua, seperti tangga yang sudah usang dan tidak terawat. Disaat Ratu melangkah sebelum menaiki anak tangga tersebut, Ratu melihat bayangan itu kembali. Tepat di depannya dia melayang menuju anak tangga itu. Ratu terperangah melihatnya dan terdiam sesaat ditempat dia berdiri. Tiba-tiba bayangan itu menghilang di saat Ratu berjalan kembali mencoba untuk mendekatinya. Ratu pun tidak memikirkan bayangan tersebut, Ratu kembali berjalan menuju anak tangga.

Di dinding lorong yang menghubungakan antara ruang musik gitar dengan kamar mandi. Terpampang sebuah kalender harian yang harus di robek setiap harinya. Begitu melintasinya, Ratu langsung merobek lembaran kalender tersebut. Tanggal 13 bulan 5, ternyata tepat tanggal itu sesuai dengan tanggal lahirnya dan di liringnya jam tua di sampingnya tepat pukul 04.00 pagi.
Tiba-tiba, Ratu penasaran dengan ruangan musik gitar yang tepat di samping kirinya. yang sering kali di bicarai teman-temannya di ruangan ini ada sesosok hantu. Ruangan tersebuat menjadi tempat terbunuhnya siswa-siswa asrama di karenakan senar gitar yang putus, ruangnya sudah tidak dipakai lagi. Tetapi alat musik gitar akustik itu masih berada di dalamnya.

Dengan cahaya lilin yang diletakkannya di atas meja dan kotak untuk mengganjal pintu, Ratu mencoba memberanikan diri untuk memasuki ruangan itu. Terutama Ratu bisa terungkap misteri apa yang di dalam asrama melodi musik itu. Karena Ratu sudah lelah sering ditampangkan bayangan-bayangan dan mimpi-mimpi meyeramkan hapir setiap harinya.
Ratu mengambil gitar yang penuh debu, sekumpulan debu yang meyerbu lubang hidung. Menelusup dan menyengat tenggorokan. Hingga ia terbatuk-batuk. Ratu mencoba untuk memainkannya gitar tersebut. “Pandangan tertuju pada sebuah petikan gitar, membuat aku ingin memainkannya. Tak sadar aku terbawa alunan petikan gitar itu”.
Tiba-tiba laci di samping tempat duduk saat memainkan gitarpun terbuka tersendirinya. Mata terperangah melihat di dalam laci berisi buku diari dan foto hitam putih yang merekam kenangan para penghuni Asrama Melodi Gitar pada tahun 1992.

Dari sudut ruangan terdengar suara yang memanggil namanya berkali-kali, “Ratu…. Ratu….Ratu…..” Wajahnya yang mencermati suara yang di dengarnya itu, lalu ia menoleh ke arahnya suara itu Sesosok seperti gandaruwo muncul kembali tepat di belakang. Ratu kaget luar biasa melihatnya, segera ia mangpit buku diari itu yang ia temukan dan sebelum sempat mengembalikan gitar pada posisinya. Ratu langsung berlari menuju pintu, ia terjatuh terjerembab di lantai.
Ini fatal, soalnya, ketika jatuh tadi, tangan Ratu tanpa sengaja Ratu menggeser kotak yang ia gunakan untuk mengganjal pintu sehingga pintu itu kini tertutup rapat. Sesosok gandaruwo yang disebut Ratu itu berkata dan sedikit bersuara parau “Peraturan harus dibayar oleh nyawa” Ratu menjauh untuk menghindari hal yang lain Ratu sekuat tenaga Ratu merayap menuju pintu. Tidak berhasil.

Ratu pernah mendapat pesan oleh Ibunya, jika kamu mengalami kejadian apapun itu harus di hadapi dengan ketenangan dan kesabaran. Ratupun mencoba berbicara dengan sesosok gandaruwo, yang sering di sebutkan itu. “Kamu ingin apa dari aku”? “jangan ganggu aku!!”. Sekejap gandaruwo itu menghilang seperti, mengerti apa yang dibicarakan oleh Ratu. Ratu segera berdiri dan mengambil lilin, lalu Ratu berhasil membuka pintu dan dengan cepat berlari keluar menuju ke ruangan kamarnya.

Dengan nafas sedikit tidak teratur dan berwajah masih penuh pertanyaan olehnya. Ratu mencoba membuka buku diari dan foto yang tadi ditemukan itu. Di nyalakan lampu di atas meja belajarnya untuk menerangi Ratu untuk membuka dan membacanya. Selembar demi selembar buku diari itu dan terungkap didalam buku diari tersebut.

Menceritakan perjalanan seorang siswa yang bernama Ahmad Zaki, tahun 1992 Zaki sangatlah terkenal di masa Remajanya. Dari prestasi Zaki mendapatkan predikat Raja Gitaris di asramanya.
Beberapa bulan kemudian, Zaki ingin membuat pemilihan Ratu Gitaris untuk menampingi di mana pun dia berada. Tetapi, Zaki tidak mudah untuk menempuh perjalannan membuat pemilihan Ratu Gitaris. Zaki pernah merasakan kejanggalan yang timbul di asrama itu. Disaat malam hari pukul 23.00 setelah selesai rapat pembentukkan panitia, zaki melihat dengan mata kepala sendiri. Kepala sekolahnya Buktar Akbar ROni, membunuh siswa asrama, di tempat ruangan musik gitar.
Di seretnya mayat siswa itu lalu masih di bawahnya ke balakang asrama untuk segera di kuburnya. Zaki hanya melihat kejadian itu dari jarak kejauhan, agar kepala sekolah tersebut tidak melihat Zaki berada tepat di belakang mengikuti gerak-gerikkannya.
***

Terpampang tulisan di depan ruang musik gitar “Di larang masuk keruangan ini”. Tepat di hadapannya. Zaki penasaran di dalam ruangan itu, dengan perlahan Zaki melangkah masuk ruangan tersebut dengan perlahan, ternyata ruangan itu tidak di koncinya. Ternyata ruangan itu, hanya sebuah gitar saja di dalam ruangan tersebut.
Tiba-tiba kepala sekolah melihat zaki memasuki ruangan tersebut. Kepala sekolah langsung menarik keluar Zaki dengan cara di pukulnya kepala Zaki dan akhirnya Zaki pun tergulai lemas. Kepala sekolah itu pun menyeret Zaki keluar ruangan.

Beberapa menit kemudian Zaki terbangaun, Zaki berada di ruang isolasi tempat hukuman para siswa-siswa asrama. Zaki pun harus menjalankan hukuman itu. Zaki pun terpaksa untuk menjalankan hukuman tersebut. Disaat hukuman berlangsung tepat tanggal 13 bulan 5, Zaki di bunuh oleh kepala sekolah yang bernama Buktar Akbar Roni.
Sebut saja Roni, ternyata Roni ini mempunyai kelayinan psikopat, Sebab Roni tidak suka anak didik asrama melanggar peraturannya seditpun dan sekalipun. Sebelum Roni membunuh, Roni selalu berkata “Siapa saja yang sudah melanggar peraturan asrama dia harus membayarnya dengan nyawanya sendiri”.

Awal mulanya kepala sekolah mempunyai kelayinan psikopat, dari kecil Roni pernah melihat dengan mata kepala sendiri ayahandannya membunuh seorang anak didik asramanya, dengan alesan melanggar peraturan asrama. Ayahandannya yang bernama Saiful Roni, Dia meninggal, karena terbunuh tidak tahu siapa yang menyebabkan kematian tersebut. Saat kini belom bisa terungkap siapa dan menyebabnya apa. Bukti yang didapatkan hanyalah sebuah pujuk surat di tanggannya.

Tertulis untuk Buktar Akbar Roni “Alunan melodi membuat aku ingin memainkannya dan aku tertawa dengan semua itu”. hahah… hahah…. Hahah… tulisan itu berwarna merah seperti balutan darah yang masih segar. Dari surat tersebut Ronipun semangkin dendam terhadap orang yang tega membunuh ayahandanya, sejak itu Roni mencari tahu siapa pembunuh ayahandannya, sampai saat kini dengan cara membalas dendam untuk ayahandanya mengorbankan apa saja untuknya.

Agar tidak diketahui niatnya, Roni menyuruh Zaki pindah ruangan untuk memainkan sebuah lagu di ruangan musik gitar. Zakipun, mengikutinya untuk pindah keruangan tersebut.
“Pandangan tertuju pada sebuah petikan gitar, membuat ku ingin memainkannya. Tak sadar aku terbawa alunan petikan gitar itu”.
Kalimat terakhir yang ditulis di buku diari tersebut. Dan foto hitam-putih di setiap gambarnya di lingkari dengan berwarna merah. Seperti gambar para korban yang di bunuhnya oleh Roni.
*Tamat*

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS